Tubuhmu yang terbungkuk
Tersandar lemah di kursi kayu tua
Jemari kurus terkulai menggenggam pena
Engkau goreskan sajak
Tersandar lemah di kursi kayu tua
Jemari kurus terkulai menggenggam pena
Engkau goreskan sajak
Sisa rambutmu perak tinggal segenggam
Terbaca pahit kerasnya perjalanan
Nampaknya ingin kau tumpahkan seluruhnya
Di dalam puisi
http://liriklagukenangan.blogspot.com/2013/10/ebiat-g-ade-nyanyian-rindu-untuk-ibu.html
Dari alis matamu terbentuk garis
Guratan kokoh jiwa
Angin yang deras menghempas tak kau hiraukan
Batinmu kuat bertahan
Dari alis matamu terbentuk garis
Guratan kokoh jiwa
Angin yang deras menghempas tak kau hiraukan
Batinmu kuat bertahan
Meskipun raga semakin rapuh
Tak pernah risau selalu tersimpul senyum
Sepantasnya lah ku jadikan suri teladan
Potret perjuangan
Oo ohh Ibu..
Ada yang ingin ku tanyakan padamu
Hasil panen nan kemarau ini
Sesubur panen yang kita petik bersama
Oo ohh Ibu..
Apa kabar sawah kita sepetak
Masih bisakah kita tanami
Atau terendam di telan zaman
Setelah cucumu lahir
Aku lebih faham betapa beratnya
Membesarkan dan setia melindungi
Semua anak-anakmu
Kita yang selalu hidup sederhana
Kau sanggup mengasuh hingga kami dewasa
Dengarkanlah nyanyian yang aku peruntukkan
Buatmu Ibu
Oo ohh Ibu..
Ada yang ingin ku tanyakan padamu
Hasil panen nan kemarau ini
Sesubur panen yang kita petik bersama
Oo ohh Ibu..
Apa kabar sawah kita sepetak
Masih bisakah kita tanami
Atau terendam di telan zaman
Apa kabar sawah kita sepetak
Masih bisakah kita tanami
Atau terendam di telan zaman